Member in Club Lacodefin,barcode,mampang prapatan,jakarta Selatan

Member in Club Lacodefin,barcode,mampang prapatan,jakarta Selatan

Sabtu, 06 Agustus 2016

Ini True Story Gua,dan ga pernah Gua Ceritain Awal mulanya.

    Hidupku yang sebelumnya indah, hidupku yang sebelumnya menyenangkan, hidupku yang sebelumnya damai, hidupku yang sebelumnya sejahtera, semua hanya tinggal ‘sebelum dan sebelum’ karena kini sudah berubah.


Berubah dan berubah total.
    Kini tak tau lagi mau ditaruh dimana mukaku.Entah apa yang menyebabkan mereka tau.Kepalaku pusing. Sungguh ini di luar dugaan. Ga pernah sebelumnya aku akan coming out dengan cara begini dan dengan reaksi seperti ini.
    Saat itu aku baru pulang sekolah dan baru menginjakan kaki di rumah. Kulihat semua keluargaku, mama, papa, kaka berkumpul di ruang keluarga. Ya, itu adalah hal yang aneh menurutku karena jarang sekali mereka dapat berkumpul bersama. Dan yang bikin aku tambah bingung adalah melihat ekspresi mereka semua. Wajah yang murung, atau amarah? Atau kecewa? Entahlah, mereka bagai punya seribu wajah. Tak bisa ku lukiskan dengan kata-kata.


   Entah mengapa saat itu juga jantung ku bekerja tiga kali lipat dari biasanya. Tubuhku panas mendadak. Aku tak tau mengapa. Apakah karena aura yang diciptakan mereka atau bagaimana. Feelingku mengatakan bahwa there’s something wrong and maybe the ’wrong’ –thing is me. 

  “cepat ke kamar mu, ganti baju dan cepat kembali ke sini! Ada yang mau kita bahas!” ujar mama dingin.


Perasaan ga enak itu semakin kuat.Semakin dapat ku pastikan bahwa, yea the problem is on me.


Aku hanya mengangguk. Berjalan ke kamarku seakan berjalan sangat cepat, oh Tuhan hentikanlah waktu, dan apabila Engkau ijinkan, maka putar baliklah waktu.

  
Tapi sepertinya Tuhan sedang tidak berpihak padaku.

Sesaat kemudian aku sudah berada di ruang keluarga dimana mereka berkumpul.


Suasana mencekam sangat kentara di ruangan ini.


”a..ada apa..ma?” suaraku bergetar, berbisik hampir ga kedengeran.


”kamu gay?”


DEG…Jreeeenng Jreengg .


”apa ma?” ulang ku seolah tak mendengar.


”APA KAMU GAY??! JAWAB!!”

   Tanya mama mengejutkan ku dengan suara yang menggelegar.


    Sudah bisa dipastikan wajahku sangat pucat.Mulutku terbuka, terlihat seperti akan menjawab. Padahal tak ada satukata pun yang terlintas di kepalaku. Saat mendengar mama bertanya seperti itu, serasa aku terjatuh hingga lebih dalam dari dasar lautan. Tubuhku lemas seperti ada yang meloloskan tulangku.


”a.aaah..apaan sih ma” ujarku sambil mencoba untuk relax dan tersenyum.


”JAWAB SAJA YA ATAU TIDAK!!”


Kali ini papa yang angkat bicara. Sungguh, aku tak pernah membuat orangtuaku semarah ini. Sungguh, ingin sekali aku menangis. Rasanya kelenjar air mataku bekerja lebih cepat.


”jika kamu tidak mengatakan apa-apa maka kami simpulkan ya, kamu GAY!” sekarang kakakku yang ambil alih pembicaraan. Sungguh terasa aku disudutkan. Aku hanya bisa menunduk malu dan MY God pikiranku tak tentu.


PPLAAKKK!!!


   Pipiku panas. Ku raba pipiku. Papa kembali ke tempat duduknya setelah menamparku sambil memegang dada sebelah kirinya.


Oke, kali ini aku tak bisa lagi membendung air mataku. Air mataku dengan lancarnya mengalir bak air yang mengalir dari hulu ke hilir.


”kenapa De? Kenapa?!”



  Aku hanya menggelengkan kepala. Ya aku tak tau ma kenapa aku bisa seperti ini. Seandainya aku bisa memilih jalan hidup, aku tak akan memilih hidup sebagai gay. Ingin sekali aku menjawab itu atas pertanyaan mama, namun, lidahku kelu, aku tak ingin lagi menyakiti hati mereka dengan jawaban-jawabanku. Biarlah aku yang tanggung, cukup aku saja yang merasakan sakit. Jangan mereka.


”kenapa kamu hanya menggeleng!?”


Aku bingung mau menjawab apa. Entah, apakah karena aku gay mereka sampai semarah itu? Ya aku tau, mereka benci sekali gay. Saat itu aku sedang berkumpul bersama di malam yang cerah sambil menonton TV kabel. Dan kebetulan menayangkan film yang berbau homoseksual. Saat itu juga mama nyeletuk.


”tuh lihat, gay memang kotor, dengan gampangnya mereka bercumbu, bersetubuh. Apa mereka tak kenal dosa? Haha mereka memang kotor sekali! Dasar makhluk bejat!”


     Aku yang posisinya di atas Kursi hanya bisa tertunduk, terdiam. Ingin sekali aku mengatakan, aku tak begitu ma, pa, kak. Aku tak begitu! Ga semua gay seperti itu . Saat itu aku hanya bisa kembali ke kamar dan tidur ditemani isakan tangis miris dari bibirku.

    Hari hariku tak sama lagi. Mereka menjauhiku, seakan aku ini virus mematikan. Mereka memarahiku, seakan aku selalu membuat kesalahan yang sebenarnya tak ku perbuat. Mereka bahkan terkadan tak memandangku, seakan aku tidak ada di rumah ini.


     Hampir setiap hari, setiap aku pulang sekolah, aku hanya berjalan menuju kamar, berdiam diri dan menulis buku harian. Ya, dulu aku sangat menjauhi kegiatan menulis buku harian, karena menurutku itu sangat useless. Tapi, sekarang malah aku senang menulis buku harian atau diary. Karena hanya dengan buku itulah aku dapat menuangkan perasaan-perasaan yang sedang aku rasakan saat itu dan apa yang aku alami selalu ku tulis di buku itu. Buku itu menjadi teman baru bagiku.


    Ohya, ternyata di sekolahku juga sudah tersebar bahwa aku gay. Aku sendiri sampai sekarang belum tau siapa sebenarnya yang menyebarkan rahasia bahwa aku gay. Hahahahahhhh seingat aku aku tidak pernah mengatakan pada siapapun bahwa aku gay dan aku juga ga mau nunjuk2 orang yang memang dari dulu selalu jadi Rivalku.
     It's my true story....

 Dan dari situ semuanya berubah dan berubah,hingga saat ini mungkin,Dan kedepanya gua juga ga tau harus apa dan bakal terjadi apa sama saya.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar